Review nilai, sejarah, dan kaderisasi HMP PL ITB Komisariat
Muhammad Irfan Nabhan - HMP21023
Terdapat pemaparan materi dari Kepala Biro PMSDA Badan Pengurus HMP PL ITB Komisariat beserta jajarannya mengenai nilai, sejarah, dan kaderisasi HMP PL ITB Komisariat Pemaparan materi pertama dilakukan oleh Kepala Biro PMSDA sendiri yaitu Kak Alfi '20 dengan materi Nilai, Profil, dan Budaya HMP. Nilai sendiri diturunkan menjadi dua yaitu Prodil dan Budaya. Nilai sendiri dalam pemaknaannya ke dalam komunitas, adalah sesuatu yang dianggap benar dalam suatu komunitas/lembaga. Nilai adalah inti, ruh, identitas, dan hal yang harus dijunjung suatu lembaga. Tidak ada lembaga yang tidak memiliki nilai. HMP merumuskan nilai nya berdasarkan kepada AD ART HMP PL ITB. Dalam hal ini mengacu pada Asas HMP PL ITB, Tujuan HMP PL ITB dan Visi HMP PL ITB.
Nilai yang tersemat dalam karakter anggota disebut profil. Nilai yang tersemat dalam kegiatan/aktivitas disebut budaya. Secara esensial, profil HMP memiliki arti karakteristik warga HMP di mata orang luar, akan seperti apa warga HMP berbuat (ada sikap/tindakan/sifat kemiripan pada warga yang mencirikan komunitas, yaitu HMP). Terdapat tiga pilar yang dijadikan landasan perumusan poin-poin profil warga HMP Komisariat (kalo di ganesha ada lima pilar), yaitu Kurikulum mahasiswa planologi, AD ART HMP PL ITB, dan Visi ketua himpunan. Sedangkan Budaya ada untuk menunjang pemenuhan profil. Budaya dilakukan secara berulang-ulang dan turun temurun untuk menjaga kualitas profil agar tetap sama dan bagus penurunannya. Landasan penciptaan budaya adalah nilai yang berdasarkan kepada AD ART, adanya budaya membantu membungkai dan memenuhi kebutuhan anggota HMP. Jika nilai HMP terhadap anggota Komisariat ini dianalogikan dengan bentuk rumah, AD ART merupakan pondasi, profil merupakan dinding, dan budaya merupakan atapnya.
Catatan dari pemaparan nilai dan HMP PL ITB Komisariat ini yaitu:
- Lembaga tanpa nilai akan menjadi tubuh tanpa ruh.
- Kepala Biro PMSDA memiliki kewenangan dalam mendefinisikan nilai.
- Profil bisa saja berbeda dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi.
- Budaya harus diturunkan, namun tak seluruhnya harus diterapkan. Jangan lupa bahwa kemunculan dan pembaruan menjadi wajar dalam siklus hidup.
- Pendidikan kader > disampaikan berbagai pengetahuan yang dibutuhkan.
- Penugasan kader > kader diberi kesempatan untuk melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan organisasi sebagai latihan pematangan dan pendewasaan.
- Pengerahan karir kader > diberi tanggung jawab lebih besar dalam berbagai aspek perjuangan sesuai potensi dan kemampuan yang ada.
- Kaderisasi formal > wadah berkegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Pengurus (BP) dan/atau Dewan Perwakilan Anggota (DPA), contoh: proker dan/atau kegiatan.
- Kaderisasi non-formal > wadah berkegiatan yang terjadi secara organik/tidak terencana. Contoh: berkumpul dan berinteraksi di sekre, bincang santai antar anggota himpunan, diskusi bebas terkait himpunan, dsb. Istilah populer: kaderisasi meja makan, kaderisasi meja besi, kaderisasi meja coklat.
Pelaksanaan kaderisasi dimonitor oleh Biro PMSDA.
- Sidang evaluasi pengmas
- Longmarch (perjalanan panjang)
- Tugas angkatan
- Sidang angkatan
- Janji jahim
- Orasi kahim-dilanjutkan dengan prosesi penjahiman (pemutaran lagu dinda sayang+pemasangan jahim dari kakak jahim)
- Opening fase MPAK/MPAB
- Hearing kader (pengmas/aksang)
- Sostek kader (pengmas/aksang)
- Sidang evaluasi kader (pengmas/aksang)
- Prosesi menuju lantik (di hari pelantikan) dengan berisikan budaya-budaya yang sudah disebutkan sebelumnya kecuali sidang evaluasi pengmas
Komentar
Posting Komentar